Curahan Hati Erna : “Tak Memiliki Motor, Hanya Nelangsa yang Ada” Part 3
Bulan
April 2014 adalah hal yang sangat bersejarah bagi kami, tepatnya tanggal 17 april
2014 , kami mendatangi Dealer Motor Honda. Kami kesana bersama mas Sony untuk
membeli motor dan bukan membeli baju :D. Alhamdulillah kami membelinya secara
tunai bukan kredit dengan harga IDR 14.450.000. Ini ada beberapa
dokumentasinya:
Setiba
di rumah Motor baru Beat Cw terpakir didepan ruamah , tidak ada kata lain yang
bisa menggambarkan suasana hati saat itu selain kata seneeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeengg bangeet, seperti
mimpi disiang bolong. Siangnya kakak ke Kantor Pos untuk mengambil nomer resi
paket yang kakak kirimkan tadi pagi. Disitu kakak langsung mengabari mbak Indah
kalau kami sudah membeli motor baru senengnya :) :).
Kring
… kring… kring.. Hp kakak berbunyi ternyata mbak Indah menelpon , kakak mencoba
menjelaskan bahwa kejadian hari ini seperti mimpi dan kakak masih belum percaya
sama sekali seperti masih tertidur, mbak Indah yang sama crewetnya dengan
kakak, banyak sekali yang ditanyakan mulai dari harganya berapa dan seperti apa
? serta mengingatkan jangan lupa slametan . Saudara kembar kakak juga mengabari
kak yanto tentang hal ini. Sesampai dirumah kak yanto menelpon , saudara kembar
kakak yang menjawab telfonnya, dia bilang jikalau hari ini kami sudah membeli
motor seperti milik istrinya, coba bayangkan bagaimana ekspresinya beda jauh
dengan mbak indah , terdiam dan terdengar suaranya seperti terharu mendengar
kami bisa membeli motor.
Kakak
masih ingat betul ketika kami kumpul sekeluarga, membicarakan tentang kuliah
kami (sebelum kakak resign), intinya mereka semua melarang kami untuk
melanjutkan pendidikan kuliah kami, karena mereka tidak sanggup membiayainya.
Padahal saat itu kakak mendapat biaya pendidikan kuliah gratis sampai wisuda
dan mendapatkan uang IDR 600.000/bulan dari kampus. Lebih parahnya lagi saudara
kembar kakak yang saat itu total biaya kuliah 4 tahun hanya IDR 6.000.000
karena sudah mendapat beasiswa, salah satu kakak dan kakak ipar kami enggan melanjutkan untuk membiayai kuliahnya
Erni. Padahal uang 6 juta bagi mereka itu adalah hal yang kecil bagi mereka
berdua, bagaimana tidak membangun rumah saja menghabiskan IDR 300.000.000. Saat
itu saudara kembar kakak belum bisa
memahami keadaan yang terjadi dirumah sebab dia jarang pulang waktu kuliah,
berbeda dengan kakak seminggu sekali kakak pulang kerumah dan waktu kakak sakit juga lama dirumah jadi tau
betul keadaanya.
ketika
kakak, ibu dan saudara kembar “Erni” pergi ke Surabaya untuk resign dari
Universitas dan kakak ipar mengira kakak pergi untuk daftar ulang dan
memberitahukan praduganya ke Kakak laki – laki kami. Setiba kami di rumah pukul
11.30 malam, karena macet total kami pulang larut malam. Tanpa ada angin
apapun, kakak laki – laki kami marah – marah seraya mengatakan kepada kami
untuk tidak pulang kerumah lagi. Kami berduapun masuk kedalam kamar dan
memberitahukan kepada ibu yang telah melaksanakan shotal isya’. Kami bertiga
menangis tersendu – sendu terutama hati ibu seperti diiris – iris , melihat
kelakuan anak pertamanya. Ibu saat itu hanya bilang sabar, sabar dan sabar
serta Allah
itu tidak tidur.
Begitu
menyedikan kisah kakak mengenai Resign dari Universitas, karena itulah kakak
tidak ingin menceritakan kisah itu terlalu banyak sebab apa?, sebab sudah
tersusun rapi di Recycle bin dan
enggan kakak restore ulang lagi.
Hal
yang sering dilakukan dan sudah menjadi kewajiban jika mampu membeli apapun itu
hendaknya slametan. Hari itu juga kakak slametan kecil – kecilan dengan
membagikan bakso ke tetangga – tetanggga. Kebetulan sekali waktu itu ibu dan
para tetangga jandonan didepan rumah. Bunda dengan bangga menceritakan
keberhasilan kami , ternyata oh ternyata ada salah satu orang yang pernah
menghina dan mencaci kami. Beliau malah lebih membanggakan kami.
Setiap sujud dan do’a yang kakak panjatkan
kakak bersyukur atas segala nikmat kesehatan, rezeki, kebahagiaan dan
keselamatan yang diberikan Allah SWT kepada keluarga kakak.
0 comments:
Post a Comment