Curahan Hati Erna : “Tak Memiliki Motor, Hanya Nelangsa yang Ada” Part 2





Waktu masih berjalan dan target kami waktu itu bulan januari 2014 sudah bisa membeli motor, tetapi pendapatan kami berkata lain. Pemasukan yang diperoleh jauh dari target pendapatan, terpaksa diundur bulan februari tetapi hasilnya sama , kembali diundur bulan Maret. Dalam kehidupan kami berdua , kami mempunyai target – target dalam hidup dengan demikian ada pencapaian yang harus kami dapatkan.

Keyakinan yang begitu kuat kamipun memberitahukan kepada ibu berapa jumlah tabungan yang kami simpan. Sebelumnya kami tidak pernah sedikitpun memberitahukan kepada ibu tentang jumlah tabungan kami dan sebelum – belumnya lagi kedua kakak kami , Kak yanto dan Mbak Indah juga sudah mengetahui keinginan kami untuk membeli motor sendiri tanpa minta uang sepeserpun dari mereka. Mbak indahlah yang sering bertanya tentang berapa tabungan yang kami miliki dan merayu – rayu kalau nanti kurang akan ditambahi olehnya. Kami berdua saudara kembar tidak sedikitpun memberitahukan berapa jumlah tabungan kami saat itu. Setiap kali duduk berdua ataupun kumpul keluarga selalu saja pertanyaan ini yang muncul “Berapa jumlah tabunganmu?”. Kami hanya mengatakan nanti kalau sudah ada motor didepan rumah , kami akan bilang berapa jumlahnya.

Tepat di ruang tengah , Saudara kembar kakak “Erni” mengambil tabungan kami dan dihitung ternyata tabungan kami saat itu baru mencapai IDR 13.000.000. Kakak saat itu bilang bahwa target bulan maret beli motor ,kita tunda dulu bulan depan sebab uangnya masih kurang 2 juta lagi, Ibu sejenak terdiam dan diselang waktu beliau berucap , “Ya Allah nak, seumpama kemarin – kemarin uangmu tidak dibuat untuk bayar hutang mungkin sekarang kamu bisa membelinya”. Kakak menanggapi ucapan beliau bahwa beliau hutang juga karena kakak yang sakit – sakitan dan tak kunjung sembuh serta beliaulah yang menghidupi kami.

Seorang anak adalah harapan orang tua untuk bisa mengangkat derajatnya. Semua orang tua juga ingin mempunyai anak yang bisa meringankan bebannya. Kami adalah anak  dari 4 bersaudara,  kami anak terakhir  dan terlahir kembar itulah tugas kami untuk bisa meringankan beban ibu, membantu melunasi cicilan hutang beliau. Dan Alhamdulillah hutang beliau bisa terlunasi semua.

Pernah kakak menegur ibu untuk tidak menceritakan ke orang – orang tentang kami telah membantu beliau untuk melunasi hutang – hutangnya sebab orang lain juga tidak ingin tau dan tidak ingin mendengarnya. Beliau hanya mengatakan biarlah beliau mengatakannya, toh diceritakan hanya pada orang yang dekat saja. Kami hanya diam mendengar ucapan beliau. Bukan hanya sekali kami menegur beliau untuk tidak melakukan hal itu. Kami tidak suka itu karena itu urusan keluarga bukan urusan tetangga jadi tidak perlu diceritakan. Walaupun begitu tetap saja beliau bercerita. Sampai akhirnya dari bibir bunda berucap bahwa dia memiliki alasan sendiri atas sikapnya itu. Tak ada asap kalau tidak ada api,
Nak, kamu tau diluar sana kamu dihina dan dicaci, kamu pernah ke Rt sebelah untuk foto copy dan kamu membawa tas, kamu tau mereka bilang apa? Mereka bilang kalau kalian berdua itu dianggap wedangen (ingin tapi tidak kesampekan) kuliah karena putus kuliah tiap hari nenteng – nenteng tas”. Ujar ibu.
Kakak bertanya kepada beliau, “Lho memang kenapa bu, toh didalam tas saya ada data – data dan alamat para customernya serta laptopnya, apa hak mereka bicara seperti itu pada kami. Dan ibu dari mana kok bisa tau soal ini dan tanggapan bunda bagaimana? ”.
Nak, ibumu tau ini dari orang yang juga tinggal di Rt itu, orang itu juga ada ketika orang – orang disekitarnya mencaci kamu seperti itu. Ibu ya bilang kepada orang yang memberitahukan pada bahwa ibu, Ya Allah mending anakku wedangen kuliah daripada wedangan laki – laki”.  Ujar ibu.
Ternyata alasan ibu seperti itu, begitu menyakitkan hal itu dan baru diberitahukan kepada kami. Beliau menceritakan kepada orang tentang kami yang bisa membantu melunasi hutangnya supaya orang – orang yang menghina kami tadi itu tau kalau kami membawa tas itu karena ada keperluan bukan asal nenteng – nenteng saja. Sungguh terkejut orang yang menghina kami itu ternyata juga pernah menguliyakan anaknya, dan jurusannya itu kebidanan. Jikalau dia melihat kami yang saat itu resend dari University harusnya lebih memahami perasaan kami bukan malah mencaci, memang dasar orang yang punya mulut seperti itu tidak pernah disekolahin, coba deh itu mulut disekolahin di Masjid pasti itu mulut bener. Tobat .... Tobat….





posted under |
Share on :

Newer Post Older Post Home

About

ernathetwin.blogspot.com

blog dibuat untuk sharing ilmu yang Penulis peroleh baik dari bangku sekolah maupun dari masyarakat.
dan juga berisikan tentang Curahan Hati Penulis yang bisa memotivasi para pembaca sekalian.

Semoga ilmu saya bermanfaat for the Readers.

Thanks for coming on my blog ^_^.




Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blog Archive

Blogroll

Blogger templates

Blogger news

Followers


Recent Comments